2011-04-05 15:04:05
Populasi Harimau Sumatera Terancam Punah
Padang, (ANTARA) - Populasi harimau Sumatera
(panthera tigris sumatrae) yang terdapat di kawasan hutan konservasi Sumbar
terancam punah. 'Kelangsungan hidup populasi harimau Sumatera (panthera tigris
sumatrae) berada di hutan konservasi alam di Sumbar terancam punah,' kata
Kepala BKSD Sumbar, Gusril, di Padang, Senin. Menurutnya, terancam punahnya
populasi harimau Sumatera tersebut disebabkan pengrusakan habitat dan perburuan
satwa semakin marak terjadi. 'Ancaman
punah bisa saja terjadi akibat salah jerat atau terperangkap jerat babi
dilakukan masyarakat,'katanya. Dia menambahkan, berkurangnya habitat akibat
perambahan hutan dilakukan secara liar menyebabkan harimau keluar untuk mencari
makan.
Berkurangnya luas habitat mereka telah memicu terjadinya 'konflik' antara satwa
langka tersebut dan penduduk yang bermukim di sekitar kawasan hutan itu. 'Tidak
sedikit harimau Sumatera yang mati dan warga meninggal dunia akibat diterkam
harimau tersebut,'kata Gusril. Dia mengatakan, maraknya pembukaan kawasan juga
akibat pemotongan jalan perkampungan bagi perkebunan sawit dan kakao, dan
memberi dampak habitat harimau Sumatera itu makin sedikit . 'Untuk tiga ekor
harimau dengan luas hutan yang terpotong jelas sangat sempit bagi harimau itu
untuk hidup sehingga dapat memicu 'konflik' dengan penduduk,'katanya.
Menurutnya, selaian harimau Sumatera, populasi hidup satwa yang dilindungi
lainya terdapat di Sumbar juga terancam punah.
'Satwa dilindung terancam punah di Sumatera yakni beruang Sumatera, tapir
Sumatera, dan penyu Sumatera yang memerlukan perhatian serius Pemprov Sumbar
untuk melindungi,'katanya. Dia menambahkan, untuk mengantisipasi punahnya
populasi hewan dilindungi, petugas ditempat pada kawasan hutan konservasi.
'Petugas ditempatkan tersebut melakukan patroli secara bergilir untuk mengawasi
terjadinya aksi penangkapan liar satwa dilindungi
itu,'katanya.(antara-sumbar.com) (adrianto)
Analisis
Hutan sumatera,
Populasi harimau, dan Perkebunan kelapa sawit
Hutan Sumatera merupakan habitat asli bagi satwa endemik
seperti orang utan, gajah sumatera dan harimau sumatera. Telah diiketahui bahwa
hutan berfungsi sebagai resapan air, kehidupan satwa dan biota yang dilindungi
berada di dalamnya. Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) merupakan satwa endemik yang
penyebarannya hanya terdapat di Pulau Sumatera. Harimau berpengaruh dalam
sistem rantai makanan dalam suatu ekosistem karena sebagai satwa carnivora yang
menempati puncak dalam piramida rantai makanan. Kondisi mutlak yang diperlukan
harimau adalah habitat dengan kualitas baik yang terdapat sumber air dan
tersedia mangsa dalam jumlah cukup. Populasi harimau sumatera saat ini sangat
memperihatinkan. Meskipun belum ada data yang tepat tetapi dapat diperkirakan
terjadi penyusutan populasi harimau sumatera hampir 50% dalam 25 tahun terakhir
yakni tersisa sekitar 400 harimau. Berkurangnya area hutan turut pula
menurunkan populasi harimau tersebut
Salah satu faktor terancamnya populasi harimau dari kepunahan
adalah kerusakan hutan. Rusaknya hutan dapat menimbulkan bencana yang turut
mempengaruhi kehidupan masyarakat seperti terjadinya tanah longsor dan banjir.
Penurunan kualitas dan kuantitas hutan merupakan akibat praktek penebangan
liar, penebangan secara berlebih, penjarahan hutan, perambahan hutan,
kebakakaran hutan, serta konversi area hutan ke usaha non kehutanan seperti
digunakan untuk perkebunan kelapa sawit yang kurang memperihatikan aspek –
aspek konservasi satwa liar khususnya harimau sumatera. Kegiatan – kegiatan tersebut
dilakukan semata – mata untuk mencari keuntungan tanpa memikirkan dampak yang
bisa ditimbulkan.
Ancaman kepunahan populasi harimau itu akibat hilangnya
habitat mereka yang tidak terkendali; berkurangnya jumlah mangsa seperti rusa,
kijang, kancil, dan babi hutan liar; serta adanya konflik dengan masyarakat
yang tinggal di sekitar habitat harimau. Tidak heran apabila banyak pemberitaan
di televisi yang menyebutkan bahwa harimau masuk ke pemukiman warga disekitar
hutan karena gangguan ekologi. Untuk mempertahankan diri, warga pun banyak yang
melakukan perlawanan terhadap harimau baik itu menggunakan senjata api, bambu
runcing dan lain sebagainya bahkan diantaranya menimbulkan korban baik manusia
maupun harimau. Tidak sebatas itu saja, kematian harimau juga sebagai akibat
dari perburuan untuk kepentingan olahraga, ekonomi, hobi dan pengobatan
tradisional.
Jika kita lihat Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat 2009
Sebesar 377.864 Ton, Perkebunan Negara 2009 Sebesar 18.904 Ton, Perkebunan
Swasta 2009 Sebesar 470.970 Ton, Jumlah Produksi Perkebunan Rakyat Sebesar
371.183 Ton (Angka Sementara 2010), Perkebunan Negara Sebesar 18,670 Ton (Angka
Sementara 2010), Perkebunan Swasta Sebesar 462.189 Ton (Angka Sementara 2010).
Hal tersebut sungguh sangat manarik sebagai penambah devisa Negara. Namun tetap
seberapa pun besar pendapatan Negara yang dihasilkan oleh kelapa sawit tidak
sebanding dengan punahnya populasi harimau Sumatra, dan hewan lainnya karena
rusaknya habitat mereka, serta rusaknya hutan yang menyebabkan banyak bencana
alam yang nantinya juga akan merugikan penduduk setempat.
Solusi
Untuk menangani berbagai kasus seperti ini, dibutuhkan
kolaborasi dengan lembaga lain, guna menghasilkan kesimpulan yang menyeluruh.
Karenanya disusun suatu strategi dan rancang tindak untuk pelestarian Harimau
Sumatra 2007-2017, yang mencakup: pengamanan terhadap populasi harimau dan
lansekapnya, meningkatkan kapasitas evaluasi, keterlibatan para pemangku
kepentingan, komunikasi dan jejaring, serta memperbaiki konservasi ex-situ.
Selain itu pelestarian populasi harimau sumatera dapat
dilakukan dengan tidak merusak hutan dan lingkungan sehingga melindungi satwa
yang berada di dalamnya agar tidak punah. Sebab menyelamatkan hutan sama dengan
menyelamatkan habitat. Dan perkebunan kelapa sawit sebaiknya mengoptimalkan
hasil dari lahan yang ada, tidak dengan merusak wilayah lain yang seharusnya
tetap menjadi hutan bukan perkebunan.
Konservasi merupakan suatu wadah bagi harimau dalam upaya
untuk menjamin kelestarian, meminimalkan konflik harimau dengan masyarakat,
menekan stress dan penderitaan, serta meningkatkan kemampuan berbiak. Aktivitas
medis dalam balai konservasi juga harus ditingkatkan dalam upaya menyelamatkan
nyawa harimau yang terluka parah akibat luka yang diderita. Hal ini menunjukkan
perlunya dukungan pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana yang
berkaitan medis. Namun pendirian suatu balai konservasi harus komprehensif
dengan managemen pengelolaan yang baik. Monitoring harimau dan habitatnya dalam
jangka panjang berkaitan dengan populasi, penyebaran serta aktivitasnya.
0 komentar:
Posting Komentar