RSS

Etika Pemasaran


Dalam konteks etika pemasaran yang bernuansa Islami, dapat dicari pertimbangan dalam
Al-Qur’an. Al-Qur’an memberikan dua persyaratan dalam proses bisnis yakni persyaratan
horizontal (kemanusiaan) dan persyaratan vertikal (spritual). Surat Al-Baqarah
menyebutkan ”Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada yang diragukan didalamnya. Menjadi
petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa”. Ayat ini dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam etika marketing:




1. Allah memberi jaminan terhadap kebenaran Al-Qur’an, sebagai reability product
guarantee.
2. Allah menjelaskan manfaat Al-Qur’an sebagai produk karyaNya, yakni menjadi hudan
(petunjuk).
3. Allah menjelaskan objek, sasaran, customer, sekaligus target penggunaan kitab suci
tersebut, yakni orang-orang yang bertakwa.
Isyarat diatas sangat relevan dipedomani dalam melakukan proses marketing, sebab
marketing merupakan bagian yang sangat penting dan menjadi mesin suatu perusahaan.
Mengambil petunjuk dari kalimat ”jaminan” yang dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an, maka
dalam rangka penjualan itupun kita harus dapat memberikan jaminan bagi produk yang
kita miliki. Jaminan tersebut mencakup dua aspek:
Aspek material, yakni mutu bahan, mutu pengobatan, dan mutu penyajian.
Aspek non material, mencakup; ke-Halalan, ke-Thaharahan (Higienis), dan ke-Islaman
dalam penyajian.


Bahwa jaminan terhadap kebaikan makanan itu baru sebagian dari jaminan yang perlu
diberikan, disamping ke-Islaman sebagai proses pengolahan dan penyajian, serta
ke-Halalan, ke-Thaharahan. Jadi totalitas dari keseluruhan pekerjaan dan semua bidang
kerja yang ditangani di dalam dan di luar perusahaan merupakan integritas dari ”jaminan”.
Urutan kedua yang dijelaskan Allah adalah manfaat dari apa yang dipasarkan. Jika ini
dijadikan dasar dalam upaya marketing, maka yang perlu dilakukan adalah memberikan
penjelasan mengenai manfaat produk (ingridients) atau manfaat proses produksi
dijalankan. Adapun metode yang dapat digunakan petunjuk Allah: ”Beritahukanlah
kepadaku (berdasarkan pengetahuan) jika kamu memang orang-orang yang benar”.
(QS:Al-An’am;143). Ayat tersebut mengajarkan kepada kita bahwa untuk meyakinkan
seseorang terhadap kebaikan yang kita jelaskan haruslah berdasarkan ilmu pengetahuan,
data dan fakta. Jadi dalam menjelaskan manfaat produk, nampaknya peranan data dan
fakta sangat penting, bahkan seringkali data dan fakta jauh lebih berpengaruh dibanding
penjelasan. Sebagaimana orang yang sedang dalam program diet sering kali




memperhatikan komposisi informasi gizi yang terkandung dalam kemasan makanan yang
akan dibelinya.
Ketiga adalah penjelasan mengenai sasaran atau customer dari produk yang kita miliki.
Dalam hal ini kita dapat menjelaskan bahwa makanan yang halal dan baik (halalan
thoyyiban), yang akan menjadi darah dan daging manusia, akan membuat kita menjadi taat
kepada Allah, sebab konsumsi yang dapat mengantarkan manusia kepada ketakwaan harus
memenuhi tiga unsur :
Materi yang halal
Proses pengolahan yang bersih (Higienis)
Penyajian yang Islami

Dalam proses pemasaran promosi merupakan bagian penting, promosi adalah upaya
menawarkan barang dagangan kepada calon pembeli. Bagaimana seseorang sebaiknya
mempromosikan barang dagangannya? Selain sebagai Nabi Rasulullah memberikan teknik
sales promotion yang jitu kepada seorang pedagang. Dalam suatu kesempatan beliau
mendapati seseorang sedang menawarkan barang dagangannya. Dilihatnya ada yang
janggal pada diri orang tersebut. Beliau kemudian memberikan advis kepadanya :
”Rasulullah lewat di depan sesorang yang sedang menawarkan baju dagangannya. Orang
tersebut jangkung sedang baju yang ditawarkan pendek. Kemudian Rasululllah berkata;
”Duduklah! Sesungguhnya kamu menawarkan dengan duduk itu lebih mudah
mendatangkan rezeki.” (Hadits).
Dengan demikian promosi harus dilakukan dengan cara yang tepat, sehingga menarik
minat calon pembeli. Faktor tempat dan cara penyajian serta teknik untuk menawarkan
produk dilakukan dengan cara yang menarik. Faktor tempat meliputi desain interior yang
serasi yang serasi, letak barang yang mudah dilihat, teratur, rapi dan sebagainya.
Memperhatikan hadits Rasulullah diatas sikap seorang penjual juga merupakan faktor yang
harus diperhatikan bagi keberhasilan penjualan. Selain faktor tempat, desain interior, letak
barang dan lain-lain.
Kita bisa mengambil kesimpulan bahwa dalam Islam posisi pebisnis pada dasarnya adalah
profesi yang terpuji dan mendapat posisi yang tinggi sepanjang ia mengikuti koridor
syari’ah. Muamalah dalam bentuk apapun diperbolehkan sepanjang ia tidak melanggar dalil
syar’i. Islam melarang seorang Muslim melakukan hal yang merugikan dan mengakibatkan
kerusakan bagi orang lain sebagaimana disebutkan dalam haditsnya. Rasululllah bersabda :
”La dlaraara wala dliraara” (HR. Ibn Abbas).
Sumber : Islamic Business Strategy for Entrepreneurship, Tim Multitama Communication, 2007

http://kupulanmakalah.blogspot.com/2011/04/etika-pemasaran.html

Etika Bisnis Islam



Etika bisnis lahir di Amerika pada tahun 1970 an kemudian meluas ke Eropa tahun 1980
an dan menjadi fenomena global di tahun 1990 an jika sebelumnya hanya para teolog dan
agamawan yang membicarakan masalah-masalah moral dari bisnis, sejumlah filsuf mulai
terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis disekitar bisnis, dan etika bisnis dianggap


sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang meliputi dunia bisnis di Amerika
Serikat, akan tetapi ironisnya justru negara Amerika yang paling gigih menolak
kesepakatan Bali pada pertemuan negara-negara dunia tahun 2007 di Bali. Ketika sebagian
besar negara-negara peserta mempermasalahkan etika industri negara-negara maju yang
menjadi sumber penyebab global warming agar dibatasi, Amerika menolaknya.
Jika kita menelusuri sejarah, dalam agama Islam tampak pandangan positif terhadap
perdagangan dan kegiatan ekonomis. Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang,
dan agama Islam disebarluaskan terutama melalui para pedagang muslim. Dalam Al
Qur’an terdapat peringatan terhadap penyalahgunaan kekayaan, tetapi tidak dilarang
mencari kekayaan dengan cara halal (QS: 2;275) ”Allah telah menghalalkan perdagangan
dan melarang riba”. Islam menempatkan aktivitas perdagangan dalam posisi yang amat
strategis di tengah kegiatan manusia mencari rezeki dan penghidupan. Hal ini dapat dilihat
pada sabda Rasulullah SAW: ”Perhatikan oleh mu sekalian perdagangan, sesungguhnya di
dunia perdagangan itu ada sembilan dari sepuluh pintu rezeki”. Dawam Rahardjo justru
mencurigai tesis Weber tentang etika Protestantisme, yang menyitir kegiatan bisnis sebagai
tanggungjawab manusia terhadap Tuhan mengutipnya dari ajaran Islam.
Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelakunya, itu sebabnya misi
diutusnya Rasulullah ke dunia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia yang telah rusak.
Seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang teguh etika dan moral bisnis
Islami yang mencakup Husnul Khuluq. Pada derajat ini Allah akan melapangkan hatinya,
dan akan membukakan pintu rezeki, dimana pintu rezeki akan terbuka dengan akhlak
mulia tersebut, akhlak yang baik adalah modal dasar yang akan melahirkan praktik bisnis
yang etis dan moralis. Salah satu dari akhlak yang baik dalam bisnis Islam adalah kejujuran
(QS: Al Ahzab;70-71). Sebagian dari makna kejujuran adalah seorang pengusaha
senantiasa terbuka dan transparan dalam jual belinya ”Tetapkanlah kejujuran karena
sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan
mengantarkan kepada surga” (Hadits). Akhlak yang lain adalah amanah, Islam
menginginkan seorang pebisnis muslim mempunyai hati yang tanggap, dengan menjaganya
dengan memenuhi hak-hak Allah dan manusia, serta menjaga muamalah nya dari unsur
yang melampaui batas atau sia-sia. Seorang pebisnis muslim adalah sosok yang dapat




dipercaya, sehingga ia tidak menzholimi kepercayaan yang diberikan kepadanya ”Tidak
ada iman bagi orang yang tidak punya amanat (tidak dapat dipercaya), dan tidak ada
agama bagi orang yang tidak menepati janji”, ”pedagang yang jujur dan amanah
(tempatnya di surga) bersama para nabi, Shiddiqin (orang yang jujur) dan para syuhada”
(Hadits). Sifat toleran juga merupakan kunci sukses pebisnis muslim, toleran membuka
kunci rezeki dan sarana hidup tenang. Manfaat toleran adalah mempermudah pergaulan,
mempermudah urusan jual beli, dan mempercepat kembalinya modal ”Allah mengasihi
orang yang lapang dada dalam menjual, dalam membeli serta melunasi hutang” (Hadits).
Konsekuen terhadap akad dan perjanjian merupakan kunci sukses yang lain dalam hal
apapun sesungguhnya Allah memerintah kita untuk hal itu ”Hai orang yang beriman,
penuhilah akad-akad itu” (QS: Al- Maidah;1), ”Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu
pasti diminta pertanggungjawabannya” (QS: Al Isra;34). Menepati janji mengeluarkan
orang dari kemunafikan sebagaimana sabda Rasulullah ”Tanda-tanda munafik itu tiga
perkara, ketika berbicara ia dusta, ketika sumpah ia mengingkari, ketika dipercaya ia
khianat” (Hadits).


Aktivitas Bisnis yang Terlarang dalam Syariah
1. Menghindari transaksi bisnis yang diharamkan agama Islam. Seorang muslim harus
komitmen dalam berinteraksi dengan hal-hal yang dihalalkan oleh Allah SWT. Seorang
pengusaha muslim tidak boleh melakukan kegiatan bisnis dalam hal-hal yang
diharamkan oleh syariah. Dan seorang pengusaha muslim dituntut untuk selalu
melakukan usaha yang mendatangkan kebaikan dan masyarakat. Bisnis, makanan tak
halal atau mengandung bahan tak halal, minuman keras, narkoba, pelacuran atau
semua yang berhubungan dengan dunia gemerlap seperti night club discotic cafe
tempat bercampurnya laki-laki dan wanita disertai lagu-lagu yang menghentak,
suguhan minuman dan makanan tak halal dan lain-lain (QS: Al-A’raf;32. QS: Al
Maidah;100) adalah kegiatan bisnis yang diharamkan.
2. Menghindari cara memperoleh dan menggunakan harta secara tidak halal. Praktik riba
yang menyengsarakan agar dihindari, Islam melarang riba dengan ancaman berat (QS:
Al Baqarah;275-279), sementara transaksi spekulatif amat erat kaitannya dengan bisnis




yang tidak transparan seperti perjudian, penipuan, melanggar amanah sehingga besar
kemungkinan akan merugikan. Penimbunan harta agar mematikan fungsinya untuk
dinikmati oleh orang lain serta mempersempit ruang usaha dan aktivitas ekonomi
adalah perbuatan tercela dan mendapat ganjaran yang amat berat (QS:At Taubah; 34 –
35). Berlebihan dan menghamburkan uang untuk tujuan yang tidak bermanfaat dan
berfoya-foya kesemuanya merupakan perbuatan yang melampaui batas. Kesemua sifat
tersebut dilarang karena merupakan sifat yang tidak bijaksana dalam penggunaan harta
dan bertentangan dengan perintah Allah (QS: Al a’raf;31).
3. Persaingan yang tidak fair sangat dicela oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam
Al-Qur’an surat Al Baqarah: 188: ”Janganlah kamu memakan sebagian harta sebagian
kamu dengan cara yang batil”. Monopoli juga termasuk persaingan yang tidak fair
Rasulullah mencela perbuatan tersebut : ”Barangsiapa yang melakukan monopoli maka
dia telah bersalah”, ”Seorang tengkulak itu diberi rezeki oleh Allah adapun sesorang
yang melakukan monopoli itu dilaknat”. Monopoli dilakukan agar memperoleh
penguasaan pasar dengan mencegah pelaku lain untuk menyainginya dengan berbagai
cara, seringkali dengan cara-cara yang tidak terpuji tujuannya adalah untuk
memahalkan harga agar pengusaha tersebut mendapat keuntungan yang sangat besar.
Rasulullah bersabda : ”Seseorang yang sengaja melakukan sesuatu untuk memahalkan
harga, niscaya Allah akan menjanjikan kepada singgasana yang terbuat dari api neraka
kelak di hari kiamat”.
4. Pemalsuan dan penipuan, Islam sangat melarang memalsu dan menipu karena dapat
menyebabkan kerugian, kezaliman, serta dapat menimbulkan permusuhan dan
percekcokan. Allah berfirman dalam QS:Al-Isra;35: ”Dan sempurnakanlah takaran
ketika kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar”. Nabi bersabda
”Apabila kamu menjual maka jangan menipu orang dengan kata-kata manis”.
Dalam bisnis modern paling tidak kita menyaksikan cara-cara tidak terpuji yang
dilakukan sebagian pebisnis dalam melakukan penawaran produknya, yang dilarang
dalam ajaran Islam. Berbagai bentuk penawaran (promosi) yang dilarang tersebut
dapat dikelompokkan sebagai berikut :


a) Penawaran dan pengakuan (testimoni) fiktif, bentuk penawaran yang dilakukan
oleh penjual seolah barang dagangannya ditawar banyak pembeli, atau seorang
artis yang memberikan testimoni keunggulan suatu produk padahal ia sendiri tidak
mengkonsumsinya.
b) Iklan yang tidak sesuai dengan kenyataan, berbagai iklan yang sering kita saksikan
di media televisi, atau dipajang di media cetak, media indoor maupun outdoor,
atau kita dengarkan lewat radio seringkali memberikan keterangan palsu.
c) Eksploitasi wanita, produk-produk seperti, kosmetika, perawatan tubuh, maupun
produk lainnya seringkali melakukan eksploitasi tubuh wanita agar iklannya
dianggap menarik. Atau dalam suatu pameran banyak perusahaan yang
menggunakan wanita berpakaian minim menjadi penjaga stand pameran produk
mereka dan menugaskan wanita tersebut merayu pembeli agar melakukan
pembelian terhadap produk mereka.


Model promosi tersebut dapat kita kategorikan melanggar ’akhlaqul karimah’, Islam
sebagai agama yang menyeluruh mengatur tata cara hidup manusia, setiap bagian tidak
dapat dipisahkan dengan bagian yang lain. Demikian pula pada proses jual beli harus
dikaitkan dengan ’etika Islam’ sebagai bagian utama. Jika penguasa ingin mendapatkan
rezeki yang barokah, dan dengan profesi sebagai pedagang tentu ingin dinaikkan
derajatnya setara dengan para Nabi, maka ia harus mengikuti syari’ah Islam secara
menyeluruh, termasuk ’etika jual beli’.
http://kupulanmakalah.blogspot.com/2011/04/etika-bisnis-islam.html

FIND THE PRIZE BY OT

http://apps.facebook.com/findtheprizes/?refna=100001793211001

Soto banjar with love



Aku Chaca, nama panjangku Raisya Nugraha Putri. Usiaku baru mengijak kepala dua, kata orang usia yang tepat untuk mencari pendamping hidup,ntah menagpa aku belum tertarik pada seorang lelaki diusiaku ini. Aku sedang menempuh pendidikan di universitas yang katanya termasuk ke dalam daftar terbaik se-Indonesia. Aku tinggal didaerah dekat kampusku, tepatnya di Depok namun berbatasan langsung dengan Jakarta.
Aku mempunyai seorang sahabat dia temanku dari waktu aku kecil, Farah Sisilia namanya -biasa dipanggi Farah-,  dia seusia denganku, dan menempuh pendidikan pada tempat dan jurusan yang sama denganku. Entah karena kedekatan kami berdua yang terlalu erat atau apa tapi kami  mendapat julukan anak kembar, padahal aku keturunan Yogyakarata tulen sedangkan dia keturunan Banjar tulen.
Keakraban kami telah lama terjalin dari kami balita hingga sekarang. Faktor utama karena rumah kami bersebelahan, selain dari itu kami juga saling pengertian dan menjaga rahasia masing-masing. Kami sering berdebat dan berdiskusi namun semua itu berjalan lancar, tanpa harus ada  pertengkaran, karena kami saling menghargai pendapat masing-masing. Terlebih lagi kedua orang tuaku dan kedua orang tua Farah sudah merasa seperti satu keluarga.
Selain dari semua hal yang disebutkan di atas ada lagi yang membuat aku dan farah lebih sering bersama, yaitu karena hobi kami sama-sama memasak. Mencari resep masakan baru, dan mencoba membuatnya, hingga jika hasilnya bagus kami pun berusaha untuk menjualnya bersama, uang yang kami dapat biasanya dijadikan untuk modal atau membeli peralatan masak yang terbaru.
Ada satu kisah yang mana ini menjadi awal cerita antara aku dan soto banjar.
Pada liburan semester yang lalu, aku diajak oleh Farah sekeluarga untuk ikut berlibur ke rumah neneknya Farah di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Terpikir olehku bahwa banjar itu tempat yang sangat jauh dan mungkin masih natural, hal ini yang membuata aku sangat tertarik untuk ikut ditambah lagi aku belum pernah pergi ke luar Pulau Jawa. Dengan sedikit bujuk- rayu kepada orangtuaku serta bantuan Farah yang meyakinkan orang tuaku, akhirnya aku diijinkan.
Esok hari kami -aku dan keluarga Farah- berangkat menuju kota yang mendapat julukan “kota seribu sungai” dari Bandar udara di cengkareng, dengan menempuh perjalan udara sekitar satu jam empat puluh lima menit, kami sampai di Bandar Udara Internasional Syamsuddin Noor, Bajarmasin. Kami dijemput oleh paman Farah dengan mobil yang jarang kujumpai diperkotaan, mobil dengan roda yang besar, seperti mobil untuk offroad kelihatannya. Perjalanan rupanya masih panjang, orang tua farah terlihat lelah tertidur didalam mobil, sedangkan aku dan farah takjub melihat daerah yang kami lalui. Pemandangan yang asing bagiku, walaupun sebenarnya kota Banjarmasin juga kota yang ramai, namun jalan, rumah, tempat perbelanjaan, perkantoran jauh lebih tertata dan tenang tidak terlihat sepadat di Pulau Jawa.
Perjalanan panjang kami akhirnya berakhir di suatu tempat dekat sungai yang lebar dan panjang tentunya yaitu sungai martapura, baru pertama kali ini aku melakukan perjalanan jauh yang pastinya melelahkan, tetapi rasanya semua lelah terbayarkan oleh pemandangan indah dari Kota Banjar dan sungainya yang khas yang terletak didekat rumah neneknya Farah.
Aku berkenalan paman dan tantenya Farah yang masih menetap di Banjar, mereka memang tidak merantau karena diamanahkan oleh keluarga besar Farah untuk mengurusi neneknya Farah -Dila namanya-. Setelah cukup lama berbincang dan beristirahat nenek Dila yang mengetahui bahwa hobi aku dan farah adalah memasak langsung mengajak kami berdua ke dapur untuk diajari masak masakan khas Banjar yang sudah terkenal diseluruh Indonesia, yaitu Soto Banjar. Nenek Dila masih memegan teguh resep soto banjar yang diberikan secara turun menurun dari nenek moyangnya.
Sejak pertama kali diajarkan memasak soto banjar aku sudah merasa tertarik, karena soto ini mudah dibuat namun memiliki cita rasa yang luar biasa lezatnya. Hari berikutnya aku mencoba membuatnya sendiri tanpa bantuan nenek Dila maupun Farah, dan ternyata aku bisa membuat soto banjar yang sama persis rasanya seperti yang nenek Dila buat.
Di meja makan nene Dila berceletuk “kamu calon orang banjar”. Semua yang berada dimeja makan tertawa renyah menanggapi celetukan tersebut dan aku pun ikut tertawa menanggapinya.
Seminggu kemudian aku dan Farah pulang ke Jakarta, kembali dengan hiruk pikuk kota metropolitan yang tiada habisnya, baru sampai di tengah kemacetan kota Jakarta, aku sudah rindu dengan kenyamanan dan ketenangan di Kota Banjar, “mungkin benar apa kata nenek bahwa aku akan menjadi orang banjar” gumamku dalam hati. Sejujurnya walaupun waktu itu hanya kutanggapi dengan tawa, namun selalu terngiang dalam hati dan pikiranku, “ apa mungkin aku akan jadi orang banjar?”.
Ada kajian mingguan dirumahku yang biasa diadakan sebulan sebelum Ramadhan. Padahal aku dan Farah sudah berencana untuk pergi ke bioskop. Karena aku pikir, kehadiranku tidak terlalu dibutuhkan maka aku kabur lewat pintu belakang, akan tetapi baru saja melangkah menuju pintu belakang, aku sudah di tarik ibu ke dapur. Ibu menyuruhku untuk memasak masakan andalanku setelah liburan kemarin yaitu soto banjar.
Aku kesal karena rencana yang aku buat dengan Farah gagal total, padahal aku sudah booking kursi bioskop dan juga sudah janji dengan teman yang lainnya untuk makan bersama direstoran baru. Dengan rasa terpaksa dan ketidakniatan aku untuk membuat soto banjar, maka dengan sengaja aku menambahkan banyak garam dan lada pada soto banjar yang nantinya akan dihidangkan untuk ustad yang sedang ceramah, dengan tujuan agar jika sang ustad kapok makan masakanku, dia akan menolak untuk disuruh makan dirumahku dan yang pasti aku tak perlu repot untuk memasak untuk pengajian diminggu berikutnya.
Ceramah selesai, sudah waktunya untuk makan, aku langsung disuruh untuk menemani ustad untuk makan, padahal sebenarnya aku berencana untuk kabur, takut-takut sang ustad mengadu tentang masakanku yang tidak enak itu kepada orangtuaku dan kemudian aku disalahkan. Saat menemani makan ustad mengajak aku berbincang-bincang, tanpa sengaja aku memandanginya. “Tampan juga” gumamku dalam hati, usai makan ustad hanya berkomentar “Masakannnya enak tetapi kurang pake perasaan”, aku salah tingkah karenanya, sungguh komentar singkat namun memiliki banyak makna, aku hanya tersenyum tipis menanggapinya.
Kajian diminggu selanjutnya aku bersemangat untuk memasak masak sota banjar untuk Ustad. Aku ingin membuktikan bahwa aku dapat memasak soto banjar yang lezat ditambah dengan perasaan seperti yang ditantangnya minggu lalu.
Seperti minggu lalu aku menemani ustad untuk makan, Namun sebelum makan aku berkata kepadanya, “ Coba sekarang cicipin soto Banjar yang pake perasaan.”.  Ustad hanya membalas dengan senyum kemudian Ia mulai memakan soto banjar buatanku. Setelah makan aku bertanya bagaimana tanggapannya, ustad menjawab ini adalah soto Banjar yang sama persis dengan buatan ibunya.
Kami berbincang-bincang lebih lama dari minggu kemarin. Dia memperkenalkan dirinya kali ini, namanya Subhi dengan usia seperempat abad, tinggal di daerah Jakarta selatan bersama orangtuanya, Pasar Minggu tepatnya. Dia berkata bahwa dia hanya sementara di Jakarta, setelah gelar master dia dapat di akhir tahun ini, dia akan kembali ke kota asalnya yaitu Banjarmasin, maka tak heran jika dia sangat suka dengan soto banjar. Sebelum pulang dia berjanji untuk mengajak ibunya untuk mencicipi soto banjarku minggu depan.
Senang rasanya dia puas dengan masakanku apalagi di tambah dengan pujian, tetapi lebih dari itu ada perasaan bahagia yang lain yang aku tak mengetahui apa pastinya. Yang jelas senyum manis ustad Subhi selalu terbayang-bayang dimanapun dan kapanpun aku berada. “Apa mungkin aku jatuh cinta ya sama ustad itu?” pikirku.
Aku grogi dalam memasak soto banjar pada pecan ini. Dari hari sabtu aku sudah kalang kabut mencari bahan masakan, padahal bisanya minggu pagi aku baru pergi berbelanja. Entah mengapa, tapi aku ingin kali ini terlihat lebih sempurna, mungkin karena aku ingin menunjukan kemampuanku dalam memasak soto banjar sesempurna mungkin kepada ibunda ustad Subhi. Keluargaku dan Farah hanya heran melihat tingkahku diminggu ini.
Waktu yang aku tunggu tiba, ustad Subhi datang untuk mengisi kajian mingguan tak lupa dengan janjinya minggu lalu, kali ini dia datang bersama ibundanya. Dan seperti yang dia katakan kemarin, ibunya dia ajak khusus untuk mencicipi soto banjar buatanku. Walaupun sedikit tersanjung tetapi aku dibuat tegang oleh ibundanya selama waktu makan berlangsung. Raut wajah ibuya ustad Subhi terlihat kurang bersahabat, tak banyak bicara, tegas, dan berwibawa, mungkin memang karakternya begitu, pikirku.
Acara makan selesai, tiba-tiba ibunda ustad Subhi memanggilku, beliau menginginkan bicara empat mata denganku. Aku panik, keringat dingin keluar dari seluruh tubuhku. Aku terus-menerus berprasangka buruk dalam hati. Mungkin dihina, dicaci atau bahkan mungkin dimarahi. Tetapi akhirnya aku bersyukur, semua prasangkaku salah. Seiring mengalirnya pembicaraan aku dan ibunda ustad subhi, ternyata beliau pribadi yang bertolak belakang dengan dugaanku yang pertama, beliau enak untuk diajak berbagi cerita, pantas saja menghasilkan anak yang begitu baik seperti ustad subhi, batinku dalam hati.
Setelah panjang lebar kami berbincang empat mata, ada suatu hal yang menjadi kejutan bagiku. Aku ditawari untuk menjadi chef di restoran banjar miliknya di daerah yang tidak jauh dari rumah ustad Subhi sekarang yaitu di daerah pasar minggu karena menurut beliau soto banjarku mirip seperti buatannya. Aku sangat bahagia mendengarnya, karena selain diberi pujian cita-cita aku adalah menjadi chef terwujud walaupun terasa tidak mungkin karna aku sedang menjalani pendidikan di fakultas hukum, bukan tata boga. Dengan kontrak aku sebgai chef part time selama aku masih kuliah, dan menjadi chef tetap jika aku sudah lulus. Tawaran yang sangat menguntungkan apalagi ditambah dengan fee yang lumayan besar. Mungkin malam ini aku tidak dapat tertidur, karena kebahagiaan yang tiada habisnya pada hari ini.
Keesokan harinya tiba-tiba ustad Subhi dan kedua orangtuanya datang ke rumah untuk bertemu dengan aku dan kedua orang tua. Hari ini aku kembali dikejutkan dengan keinginan ustad Subhi untuk meminangku. Dia memintaku untuk mau menjadi pendamping hidupnya. Aku sangat bahagia, karena sejujurnya aku juga mamiliki perasaan kepada ustad Subhi sejak pandangan pertama saat tragedy soto tanpa perasaan yangku buat untuknya. Dengan malu aku mengiyakan tawarannya dan ternyata disambut baik oleh kedua orangtuaku. Karena dalam islam tidak ada istilah pacaran, maka saat itu juga orangtua kami menentukan tanggal pernikahan dan membahas masalah pernikahan, dari mulai baju, tempat hingga tempat kami tinggal nantinya. Dan setelah diputuskan aku akan menikah bulan depan dan setelah wisuda aku dan ustad Subhi akan pindah ke Banjar untuk membuka restoran disana.
Ternyata yang dikatakan oleh nenek Dila menjadi kenyataan. Dan sekarang aku semakin mencintai soto bajar, karena dari soto banjar cita-cita ku dan cintaku tercapai.

lomba cerpen Banten

lomba cerpen

lomba cerpen '‘Cerita Inspiratif Pahlawan Tanpa Tanda Jasa’

Persyaratan dan ketentuan kompetisi 
  1. Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia saat mengikuti kompetisi ini
  2. Memiliki KTP/SIM/Kartu Pelajar
  3. Tema kompetisi adalah ‘Cerita Inspiratif Pahlawan Tanpa Tanda Jasa’
  4. Sosok yang dianggap Inspiratif tersebut harus berdomisili di Indonesia (Guru sekolah, Pembimbing, Dosen, Guru ngaji, Mentor dll).
  5. Dalam kisah tersebut, peserta harus mampu memberikan alasan mengapa sosok tersebut produktif dan inspiratif, dengan minimal 500 karakter.
  6. Kisah Sosok Produktif harus disubmit ke website http://www.aksisemangat.com
  7. Batas waktu Submit Kisah Sosok Produktif 2 adalah 6 Oktober 2012
  8. Memiliki akun social media twitter dan facebook, atau salah satunya
  9. Akan dipilih 5 cerita terbaik sebagai finalis untuk di-vote, dan ajaklah teman-temanmu untuk mem-vote ceritamu di website http://www.aksisemangat.com.
  10. Satu pemenang ter-favorite mendapatkan hadiah uang tunai Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah), dan 4 besar lainnya akan mendapatkan paket menarik dari Fatigon Group
  11. Pemenang di tentukan oleh jumlah Vote (Jumlah Like dan Share Twitter dan FB, serta coment )
  12. Karya yang diikutsertakan harus merupakan hasil karya asli dari peserta kompetisi menulis ini dan bertanggung jawab penuh terhadap hasil karyanya tersebut.
  13. Karya belum pernah dipublikasikan sebelumnya, Juri berhak mendiskualifikasi jika menemukan cerita yang pernah dipublikasikan sebelumnya.
  14. Panitia berhak menyeleksi semua tulisan yang masuk dan berhak tidak mempublikasikan tulisan yang mengandung muatan SARA, politik, atau unsur lain yang dinilai kurang pantas dan kurang sesuai dengan etika dan tema Kisah Sosok Produktif
  15. Peserta membebaskan Fatigon group  dan perusahaan atau pihak-pihak manapun yang berhubungan dengan penyelenggaraan kompetisi ini  dari segala bentuk tuntutan dari pihak-pihak lain tersebut terkait dengan hasil karya peserta yang diikutsertakan di dalam kompetisi.
  16. Bila di kemudian hari peserta melakukan pelanggaran atas persyaratan lomba yang disebutkan oleh panitia, terbukti merupakan karya plagiat/bukan hasil buatan sendiri, pemberian data yang keliru dan/atau tidak benar, maka peserta akan didiskualifikasi.
  17. Pengumuman pemenang Kisah Sosok Produktif ini, akan diumumkan melalui website Aksisemangat.com, Facebook Fatigon Aksi Semangat, dan twitter @aksisemangat. Pemenang akan dihubungi langsung oleh pihak panitia
  18. Lomba berlangsung tanpa dipungut biaya apapun kepada setiap peserta, termasuk pajak bagi para pemenang.
  19. Keputusan juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.


Bentuk-Bentuk Tulisan Jurnalistik



Efek perkembangan teknologi adalah semakin maraknya jurnalisme warga (citizen journalism) di berbagai media, baik cetak maupun online. Artinya, kebebasan untuk menuangkan ide, atau sekedar berbagi laporan dan pengamatan, menemukan akses yang jauh lebih mudah daripada era sebelumnya. Perkembangan ini, tentu saja berimbas pada kian sulitnya pembaca menentukan dan menyaring tulisan-tulisan yang hendak dibaca lantaran tulisan tersebar dan terserak dimana-mana. Pada beberapa kasus, judul tulisan dianggap menjadi salah satu faktor penentu yang mampu menjadi penarik minat baca. Judul-judul bombastis yang seringkali muatan isinya tidak berimbang.
Jika di media cetak, pewartaan selalu mengalami proses penyeleksian sebelum naik cetak, namun bagaimana halnya dengan media online (dibatasi pada jurnalisme warga dalam blok-blok yang penghuninya mencapai ratusan ribu nama) yang cenderung kesulitan –baca kelelahan– untuk menyeleksi ratusan tulisan yang muncul dalam waktu sekian menit? Bisa saja tulisan hoax yang muncul kemudian dikonsumsi pembaca dengan tanpa sadar. Namun disini, bukan masalah seleksi menyeleksi yang akan diperbincangkan, lantaran hal tersebut berada diluar maksud dan jangkauan dari tulisan ini.
Dalam penulisan jurnalistik, sebenarnya terdapat bentuk-bentuk tulisan jurnalistik yang umum ditemui dalam sebuah media. Media biasanya membagi-bagi ruangan atau rubrikasi untuk jenis-jenis tulisan yang akan dimuat. Rubrikasi dinamai dengan istilah-istilah atau nama yang ditetapkan oleh media itu sendiri. Misalnya rubrikasi tentang olahraga, politik, hiburan dan lain-lain. Yang menjadi fokus perhatian disini adalah, bentuk tulisan seperti apa yang akan mengisi rubrikasi-rubrikasi tersebut? Berikut adalah bentuk-bentuk tulisan jurnalistik yang telah umum dikenal, antara lain:
BERITA (STRAIGHT NEWS)
Sifat tulisan ini lugas, padat, singkat, jelas, memenuhi kaidah 5w + 1h + s (what, when, where, why, who, how, so what happen next). Tulisan jenis ini memiliki struktur piramida terbalik dan berkarakter hardnews. Cara penulisan diawali dengan lead atau teras berita.
Sebagai contoh:
Sabtu, 26 Mei 2012 kemarin, terjadi perampokan di sebuah minimarket X di jalan Bekasi Timur. Perampokan dilakukan oleh dua orang pengendara motor dengan menyandera karyawan minimarket dibawah todongan senjata tajam. Polisi yang menangani kasus ini mengatakan bahwa perampokan dilakukan karena lokasi minimarket berada di daerah sepi.
What : perampokan
Who : dua orang pengendara motor
Where : sebuah minimarket X di jalan Bekasi Timur
When : Sabtu, 26 Mei 2012 kemarin
Why : lokasi minimarket berada di daerah sepi
How : menyandera karyawan minimarket dibawah todongan senjata tajam.
Tulisan jenis ini, umumnya terdapat dalam media harian. Keterbatasan waktu baca ditanggulangi dengan memuat seluruh inti berita pada paragraf pertama. Dengan sekali tegukan kopi, pembaca yang sibuk dapat menangkap isi berita dan langsung bisa berpindah membaca berita lain tanpa meneruskan membaca paragraf selanjutnya yang merupakan pengembangan dari paragraf utama.
REPORTASE/ LAPORAN
Merupakan jenis tulisan jurnalistik yang berupa “berita ditambah dengan nuansa.”
FEATURE/ TUTURAN
Jenis tulisan ini lebih lengkap dan terperinci ketimbang Berita dan Reportase. Kuncinya terletak pada bumbu imajinasi penulis yang mengajak pembaca untuk memikirkan sesuatu tentang sebuah kejadian (penggabungan antara berita dan fiksi). Yang bisa dikategorikan dalam tulisan ini antara lain: kesaksian pribadi, pendapat atau tuturan orang, human interest, riwayat hidup dan lain-lain.
ARTIKEL
Seluruh tulisan berupa opini (hasil pergumulan intelektual penulisnya), menyajikan gagasan secara sistematis dengan kajian yang logis.
OPINI/ EDITORIAL/ TAJUK RENCANA
Tulisan bentuk ini berupa ulasan penting dan merupakan kajian intelektual yang dilakukan secara intens serta mengarah pada kesimpulan, menggiring pembaca untuk memahami masalah. Dengan kata lain, tulisan jenis ini merupakan pendapat media.
KOLOM/ ESAI
Tulisan bersifat reflektif atau renungan yang merupakan penambahan dari artikel dimana menyangkut emosi, spiritual, imajinasi, menertawakan sikap tidak wajar dalam masyarakat, menyindir atau satir.
Dengan mengetahui bentuk-bentuk dari tulisan jurnalistik, diharapkan pembaca akan mendapat informasi yang sesuai dengan kebutuhan serta mampu memilahnya. Termasuk saat menyebarulangkan isinya. Di lain sisi, seorang penulis berita yang memperhatikan kaidah-kaidah jurnalistik, akan mampu memfokuskan tulisan agar tidak terjebak melulu pada opini-opini pribadi sehingga tidak menimbulkan polemik. Kecuali penulis memiliki maksud-maksud tersendiri.

sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/27/bentuk-bentuk-tulisan-jurnalistik/